Rabu, April 28, 2010

'Orang-orang yang berfikir'

Atas nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Naskah ini dikutip dari tulisan Yeremia L

Tontonan kesemerawutan tatanan kehidupan yang kita lihat sepanjang masa ini, merupakan pelajaran bagi ‘Orang-orang yang berfikir’. Perlu pendefinisian yang benar terlebih dahulu dari kata-kata ‘Orang yang berfikir’. Jika kita ingin menjabarkan secara adil definisi tersebut, perlu sekali sumber yang menjadi landasan kebenaran, yang bukan dilandasi oleh kebenaran perorangan atau golongan, melainkan suatu landasan yang dapat dibuktikan bahwa kebenarannya murni untuk kebenaran yang dapat diterima akal semua manusia.

Tatanan kehidupan yang semrawut ini sudah pasti asal mulanya diproses dengan ketidaksadaran manusia di dalam menata kehidupannya dengan berbagai sistem yang mereka buat sendiri , yang tujuan sebenarnya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Tetapi kembali lagi, kelemahan manusia yang dikarenakan ketidaksadarannya, melupakan bahwa manusia di muka bumi ini sebenarnya adalah umat , sama halnya seperti semua makhluk yang diciptakan Sang Pencipta.
Semuanya terikat kepada suatu aturan sistem gerak, yang mana makhluk-makhluk ciptaan-Nya mau tidak mau, suka tidak suka, sukarela maupun terpaksa harus tunduk, patuh, taat kepada sistem gerak yang telah diciptakan-Nya tersebut. Di dalam sistem itu dijaga dengan adanya hukum-hukum yang diberlakukan kepada makhluk-makhluk ciptaan Sang Pengatur Alam Semesta.

Ada hukum yang diberlakukan kepada air, ada hukum udara, ada hukum gravitasi, ada hukum kecepatan cahaya, ada hukum untuk kecepatan planet-planet, dan bintang yang beredar milyaran banyaknya. Tidak ada satu makhluk pun di dalam sistem gerak alam raya tersebut yang tidak melaksanakan hukum-hukum yang sudah ditetapkan Sang Pencipta, Tuan Alam Semesta.
Sedetik saja sebuah bintang tidak melaksanakan hukum kecepatan yang sudah ditetapkan Sang Pencipta, bayangkan apa yang akan terjadi? Pastinya tabrakan antar bintang, yang mengakibatkan kerusakan, yang mana kerusakan itu akan mempengaruhi makhluk lainnya di alam semesta ini.

Harus kita sadari bahwa kita sebagai manusia juga merupakan bagian dari makhluk di alam semesta ini yang terikat dengan sistem gerak tersebut.
Sudah menjadi ketetapan Sang Pencipta , bahwa dalam kehidupan makhluk manusia terbagi dua kelompok yaitu yang pertama manusia yang sadar dirinya bagian dari alam semesta , diwujudkannya dengan melaksanakan hukum-hukum kehidupan yang sudah ditetapkan Sang Pencipta , yang kedua adalah jenis manusia yang tidak sadar bahwa dirinya bagian dari makhluk alam semesta, yang terikat dengan keberlangsungan sistem alam semesta ini. Manusia jenis kedua ini tidak mau tunduk kepada hukum-hukum yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, yang mestinya diberlakukan didalam tatanan kehidupannya.

Jenis manusia kedua inilah yang akan menimbulkan kerusakan, yang mempengaruhi keseimbangan alam semesta menjadi tidak seimbang.
Sebagai pelajaran kita ambil keberadaan burung-burung , mereka juga adalah umat, yang mana mereka hidup dalam suatu sistem yang sudah ditetapkan Sang Pencipta kepada mereka .

Para burung, hidup didasari dengan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu makan, dan regenerasi. Penulis disini bukan hendak menyamakan antara manusia dengan binatang, sudah pasti keberadaan manusia tidak boleh disamakan dengan binatang, dan harus disadari bahwa keberadaan para binatang itu adalah pelajaran bagi manusia agar supaya manusia tidak hidup seperti binatang.

Kita kembali kepada keberadaan umat burung yang akan kita ambil pelajarannya untuk kemudian dijadikan konsep landasan untuk mengkoreksi kekeliruan-kekeliruan yang ada di dalam sistem hidup manusia.
Sang Pencipta menciptakan berbagai jenis burung di muka bumi ini, dari yang kecil dan jinak sampai yang besar dan buas, dengan masing masing habitat tempat tinggalnya. Sebenarnya gerak aktifitas mereka dari pagi ke sore sampai ke pagi lagi, dalam sehari duapuluh empat jam itu sedang melaksanakan (mentaati) apa yang menjadi kehendak Penciptanya. Hukum-hukum yang ditetapkan Sang Pencipta kepada para burung, dijadikan ruh penggerak di dalam hidup dan kehidupannya. Pada saat lapar mereka terbang mencari makan.
Untuk para binatang, Sang Pencipta tidak menetapkan aturan makanan halal dan haram, mereka tidak diberi daya fikir untuk mengolah pertanian, yang terpenting bagi mereka para burung adalah pemenuhan kebutuhannya, Masing-masing jenis burung berkuasa dengan kekuasaannya sendiri, masing-masing kelompok bekerja dengan cara hidupnya sendiri-sendiri.
Tidak ada saling kepedulian antara burung yang satu dengan burung yang lainnya. Tidak ada bantuan kepada burung yang kelaparan, dari burung yang bisa mencari makan.

Demikianlah ketetapan Sang Pencipta kepada kehidupan para burung, dan demikian pula secara umum cara hidup yang diberlakukan Sang Pencipta kepada binatang-binatang di muka bumi.
Kenyataan kehidupan manusia saat ini, merupakan akumulasi kesalahan dari sistem kehidupan yang sudah berabad-abad dijalani oleh manusia itu sendiri, yang membuahkan generasi manusia-manusia yang materialis , yang menjerumuskan manusia kepada suatu kehidupan seperti binatang bahkan lebih rendah (sesat).
Kehidupan manusia saat ini hasil warisan dari sistem kehidupan nenek moyangnya, yang dianggap kebanyakan para pakar, sistem saat ini adalah sistem hidup dari hasil evolusi sebuah sistem yang sederhana hingga kini menjadi sistem yang bermacam-macam , dengan segala perbaikan menuju kesempurnaan. Mulai dari sistem monarki, komunis, demokrasi , liberal, kapitalis yang ada di muka bumi ini.

Bagi ‘Orang yang berfikir’ , hasil dari menjalani sistem hidup itu menjadi sumber analisa. Mari kita lihat definisi dari arti 'Orang yang berfikir', di sini penulis mengambil dasar sumber penjelasan dari kitab-kitab Allah (Taurat, Injil, dan Alquran). Mohon maaf penulis belum mampu mengambil referensi dari kitab-kitab suci lainnya yang ada, karena penulis dengan keterbatasan kemampuan belum dapat melakukan pengkajian.

Para nabi dan rasul yang dikisahkan dalam kitab-kitab Allah merupakan contoh dari ‘Orang-orang yang berfikir’. Kisah mereka bukanlah dongeng yang diada-adakan , kisah mereka adalah sejarah kehidupan yang harus dijadikan pelajaran bagi manusia, sehingga dapat memproses manusia itu menjadi ‘Orang yang berfikir’.
Di dalam kitab Allah salah satu ciri ‘Orang yang berfikir’ adalah orang yang berkomitmen menegakkan kebenaran, kemudian berpegang teguh dengan memenuhi dan tidak merusak komitmen tersebut. Seperti kisah-kisah para nabi dan rasul di dalam kitab suci yang bagi orang-orang beriman diyakini sebagai petunjuk manusia. Mereka, para nabi dan rasul semuanya berkomitmen (melakukan Perjanjian).

Dari hasil proses membaca situasi kondisi kehidupan yang cara membacanya murni dengan landasan nilai akhlaq yang tinggi, yang tidak dibaca dengan unsur kepentingan pribadi atau golongannya, tetapi dibaca dengan cara yang objektif dengan didasari nilai-nilai kebenaran, keadilan Ilahiyah , mereka para nabi dan rasul menjadi perintis penyadar, pemberi berita kepada umat manusia tentang kekeliruan manusia di dalam menata sistem kehidupannya, yang justru akan bermuara pada kerusakan.
Ilmu untuk membaca kondisi kehidupan yang diberikan kepada ‘Orang-orang yang berfikir’ tentunya tidak dengan proses abrakadabra simsalabim, disini ada campurtangan Sang Pengatur Alam Semesta, yang menjadi tuannya seisi jagat raya ini.

Para nabi dan rasul (termasuk ‘Orang yang berfikir’) diberikan pemahaman kesadaran tentang ilmu hidup dan kehidupan dari alam semesta. Mereka telah dapat mengambil kesimpulan bahwa alam semesta ini bergerak dengan satu sistem yang tidak pernah berubah yang mengikat kepada masing-masing makhluk di alam semesta ini.
Air dipanaskan sampai suhu tertentu pasti akan mendidih, besi dipanaskan sampai suhu tertentu pasti mencair, burung bisa terbang sedang ayam yang juga mempunyai sayap tidak dapat terbang, jarak antara matahari dengan bumi, kecepatan gerak bumi mengelilingi matahari, kecepatan gerak bulan mengelilingi bumi, semuanya terukur dengan keseimbangan yang luarbiasa , yang terikat kepada mereka , suka maupun terpaksa.
Sehingga hasil dari terikatnya kepada satu sistem universal, di alam semesta tidak tejadi kesemerawutan, tidak ada tabrakan antara satu bintang dengan bintang yang lainnya walau di alam semesta ini jutaan bahkan milyaran bintang beredar dengan kecepatan masing-masing yang luar biasa cepatnnya. Itu hanya sedikit contoh pembuktian tentang ilmu yang diajarkan Sang Pencipta kepada ‘Orang-orang yang berfikir’ melalui alam semesta.

Di dalam alam semesta itu termasuk juga kehidupan manusia. ‘Orang-orang yang berfikir’ pada jaman dulupun , yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul di dalam kisah mereka, yang dikisahkan di dalam kitab-kitab suci, menjadikan kehidupan manusia sebagai sumber bacaan.
Penulis mengambil contoh ‘Orang Yang Berfikir’ di jaman Rasul Musa dan pengikutnya, mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa kehidupan saat itu kehidupan yang ditata oleh suatu kekuasaan, yang dikisahkan didalam kitab Allah, penguasanya adalah Fir’aun. Yang menata hidup dan kehidupan berdasarkan kebenarannya sendiri, yang menggunakan kekuasaannya untuk keuntungan dan kepentingan pribadi dan golongannya.

Hukum aturan hidup dan kehidupan hasil pemikiran dia dan para menterinyalah yang harus berlaku bagi umat manusia saat itu. Aturan hukum Ilahiyah yang difirmankan didalam kitab Allah dikesampingkan, dianggap sudah ketinggalan jaman.
Itulah makna Fir’aun mengaku dirinya Tuhan, jadi Fir’aun bukan menganggap dirinya sebagai pencipta alam semesta, tetapi maksud Sang Pengatur Alam Semesta di dalam kisah kekuasaan Fir’aun tersebut adalah bahwa Fir’aun tidak menggunakan hukum-hukum kehidupan yang sudah ditetapkan oleh Sang Pengatur Alam Semesta , sehingga kekuasaan Fir’aun pada masa itu dijuluki oleh-Nya “Melampaui Batas”.

Kalau kita korelasikan sejarah jaman Rasul Musa itu dengan kehidupan sekarang, akan terbukti bahwa situasi itu sedang berulang pada masa ini. Saat ini banyak Fir’aun-Fir’aun yang mengkudeta kekuasaan Allah Sang Tuan Alam Semesta. Para Fir’aun –Fir’aun masa ini menjalankan kekuasaannya tidak didasari oleh hukum-hukum Sang Pencipta yang ada dalam Kitab-Nya sebagai pedoman sistem hidup yang harusnya dilaksanakan didalam pemerintahannya.

Sebagai contoh, Tuan Alam Semesta, Allah Sang Pencipta telah menetapkan didalam sistem hidup yang Dia ciptakan untuk manusia. Di dalam kehidupan manusia ini jangan diberlakukan bunga uang, tetapi kenyataannya semarak bunga uang di bidang ekonomi keuangan dunia saat ini tumbuh sehat, dengan didukung teori-teori ahli ekonomi yang motivasinya cari untung, dibenarkan dan diajarkan didalam sistem pendidikan, diwariskan kepada generasi selanjutnya, ajaran-ajaran sesat yang tidak disadari menjadi makanan pokok umat manusia saat ini.
Dengan sistem bunga uang, memang Sang Pencipta sudah pasti mengetahui akibat yang ditimbulkan dari sistem tersebut. Kerakusan , kecintaan akan materi, penindasan oleh yang banyak uang, yang kaya tambah kaya, kecurangan dalam transaksi ekonomi dan penyakit-penyakit materialis lainnya.

Undang-undang Allah, menetapkan “Jangan berjudi, jangan berjinah, jangan minum minuman keras”, kenyataannya tempat-tempat perjudian, lokalisasi pelacuran, pabrik-pabrik minuman keras di dunia ini dilegalisir keberadaannya oleh penguasa-penguasa Fir’aun pada masa ini, dengan berbagai alasan pembenaran, salah satunya dijadikan sebagai sumber pendapatan daerah oleh negaranya masing-masing.
Banyak umat manusia yang dipimpin oleh Fir’aun-Fir’aun yang notabene mereka itu adalah musuh-musuh Allah, tetapi kondisi ini tidak disadari oleh umat manusia kebanyakan, mereka dalam kegelapan, mereka dalam kebutaan, mereka dalam kondisi kematian akal fikirnya. Oleh karena itu ilmu hidup dan kehidupan yang diajarkan Sang Pengatur Alam Semesta kepada 'Orang-orang yang berfikir' disamakan dengan ‘CAHAYA atau NUR”, sehingga dengan cahaya itu manusia sanggup berjalan dalam kegelapan tetapi tidak terjerumus ke dalam jurang jahanam.

Dalam kisah Rasul Isa (Yesus), yang sanggup membuat orang buta menjadi melihat, maknanya sangat berhubungan erat dengan kondisi dari sistem kehidupan saat itu. Isa (Yesus) sanggup menyadarkan umat manusia dari kebutaan dan kematian akal fikirnya pada saat itu, bahwa kekuasaan Fir’aun sedang diwariskan kepada kekuasaan Roma yang dijadikan sebagai sistem hidup masa itu, sehingga umat manusia menyadari penyebab kerusakan tatanan kehidupan manusia dan alam lingkungannya.

Untuk melanggengkan kekuasaannya dalam sistem kekuasaa Fir’aun dibuat politik pecahbelah, kalau jaman sekarang bisa di analogikan dengan sistem kekuasaan multi partai. Kekuasaan yang menindas satu golongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka, dalam arti menjegal orang-orang vokal yang bisa mengganggu stabilitas kekuasaannya, mempersilahkan keberadaan orang-orang yang mendukung dia.

'Orang-orang yang berfikir' pada masa itu, yang diwakili oleh Rasul Musa dan pengikutnya berkomitmen (mengadakan Perjanjian – Ten Commandement), berjanjinya tidak tanggung-tanggung , berjanji kepada Sang Pencipta, Pengatur Alam Semesta, untuk melakukan koreksi terhadap sistem hidup yang keliru yang berlaku saat itu.
Dengan kesungguhan serta pengorbanan harta dan jiwa, dengan motivasi ingin menata kehidupan yang diberkati oleh Sang Pencipta, dengan tidak melanggar cara-cara yang sudah ditetapkan Sang Sutradara, Pencipta serta Tuan Alam Semesta, mereka 'Orang-orang Yang Berfikir' mengemban tugas mulya untuk mengkabarkan berita besar, tentang janji Sang Pencipta, Pengatur Alam Semesta kepada orang-orang yang melakukan perjanjian dengan-Nya, untuk melakukan perubahan cara hidup dari cara hidup binatang kepada cara hidup Ilahiyah yang diberkati oleh-Nya.

Memberitakan juga apabila dengan kesungguhan dan pengorbanan yang murni yang tidak ditunggangi dengan unsur-unsur kepentingan pribadi atau golongan, janji Sang Sutradara akan mewujudkan cita-cita mulya tersebut.
Berita besar itu menjadi “Berita Pamungkas”, tidak ada berita lain yang diwartakan oleh Rasul Musa dan pengikutnya selain “Berita Besar” tentang akan hadirnya tatanan kehidupan yang diberkati yang tentunya dengan perjuangan bersama, yang tidak keluar dari Standar Operation Procedure yang sudah ditetapkan Sang Sutradara, Pencipta, Pengatur Alam Semesta.
Di dalam kisahnya sesuai janji Sang Sutradara, perjuangan Rasul Musa dan pengikutnya berhasil menata sistem hidup yang diberkati Sang Pengatur Alam Semesta, yang menjadi pusatnya saat itu Yerusalem Kota Terang Allah, sebagai pusat peradaban sistem hidup yang diberkati , sebagai kiblatnya ideologi, politik,ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan dunia.

Yerusalem menjadi pusat kekuasaan yang mengatur tata hidup dan kehidupan bangsa-bangsa pada masa itu. Pengolahan sumber daya manusia dan alamnya ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi. Sehingga terwujud suatu kehidupan umat manusia yang adil, makmur, sejahtera, umat yang diberkati Allah Tuan Alam Semesta, Allahnya Abraham , Allahnya Ismail, Allahnya Ishak, Allahnya Yaqub, yang juga menjadi Allahnya Musa pada masa itu. Karena Allah Tuan Semesta Alamnya masih sama tidak pernah berganti, tidak pernah mati. Hukum-hukum dasar yang harus diterapkan dan ditetapkan didalam menata hidup dan kehidupan manusia tidak pernah berubah.
Kembali sesuai dengan hukum pergantian siang dan malam, bahwa siang tidak akan selamanya siang pasti akan berganti malam. Begitu pula dengan Yerusalem Kota Terang Dunia yang menjadi kiblat tata kehidupan di muka bumi saat itu berakhir setelah puncaknya dijaman Rasul Sulaeman (Salomo) yang dilanjutkan oleh putranya Rehabean, disini titik awal tatanan kehidupan yang tidak berdasar kepada “Standar Operation Procedure” nya Sang Pencipta ,Pengatur Alam Semesta, dari sini mulai terjadinya kembali perpecahan sistem hidup.
Yang mana perpecahan dalam sistem hidup ini sangat dimurkai oleh Sang Pengatur Alam Semesta, karena sudah pasti bermuara pada kerusakan.Tidak akan berhasil sebuah sistem dijalankan oleh dua atau lebih kekuasaan, akan terjadi penyalahgunaan kekuasaan yang berujung memikirkan kepentingan golongannya saja, sehingga hukum rimba berlaku, yang kuat memakan yang lemah.

Bagaimana jadinya apabila pohon-pohon di muka bumi ini melakukan kudeta tidak lagi mau melaksanakan ketetapan Sang Pencipta, untuk melakukan proses penghasilan oksigen. Memang itu tidak mungkin, tapi bagaimana kacaunya kondisi yang diakibatkannya.
Pastinya, menjadi suatu pembuktian kebenaran bagi manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, dengan kata lain tidak bisa kita keluar dari sistem ciptaanNya.
Seperti kehidupan manusia di muka bumi saat ini seharusnya menjadi bacaan bagi “Orang-orang Yang Berfikir” pada masa ini.

Dengan berbagai sistemnya manusia di muka bumi menjalani kehidupannya . Sistem kekuasaan negara berbeda satu sama lain, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanannya ditata dengan cara yang disesuaikan dengan kepentingannnya masing-masing.
Persaingan antara sistem ideologi , perluasan penganut dari masing-masing sistem ideologi, pernah terjadi di negeri kita suatu pembentukan kesan terhadap salah satu sistem ideologi tertentu , yang dinyatakan penguasa pada saat itu sebagai sisstem ideologi yang atheis (tidak ber-Tuhan), tentunya dalam rangka menghambat perluasan sistem ideologi tersebut, padahal penulis beranggapan semua sistem ideologi di muka bumi saat ini adalah atheis atau sekulerisme. Karena yang dijadikan dasar hukum untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia dimuka bumi ini bukan kehendak Sang Pencipta tuan Alam Semesta .

Penulis akan coba memberi bukti kenyataan tersebut, misalnya dalam bidang ekonomi , sistem ekonomi liberal kapitalis, yang diberlakukan saat ini, membuahkan suatu kondisi perekonomian yang kuat bertambah kuat , yang tidak punya kekuatan akan dilanda dengan krisis.
Memang sengaja mereka menciptakan kondisi ini, dengan harapan kepada kelompok yang tidak mempunyai kekuatan , akan timbul ketergantungan kapada kelompok yang kuat.
Bagaimana menurut pembaca dengan sistem nilai mata uang yang berlaku saat ini, mata uang yang satu nilainya lebih tinggi dari yang lain. Bagaimana dengan sistem bunga uang, banyak pakar-pakar ekonomi yang menbuat dalil-dalil yang mendukung pembenaran terhadap prinsip tersebut.
Siapa yang membuat sistem itu eksis tentunya kelompok yang kuat, yang sudah pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kepentingan kelompok golongannya.sistem yang akan melanggengkan Si Kuat.

Sumber daya alam yang sebenarnya disediakan untuk kepentingan manusia pada kenyataannya dikuasai untuk kepentingan kelompok manusia tertentu, tentunya dengan pemberlakuan perjanjian antar negara yang pastinya harus menguntungkan negara yang lebih kuat.
Dengan terbaginya menjadi tiga golongan untuk kondisi suatu negara yang didasari dengan kemapanannya yaitu negara maju, negara berkembang dan negara terbelakang, sampai kapanpun selama sistem tata dunianya masih menggunakan cara-cara peninggalan Fir’aun, walaupun nama dan istilahnya berbeda tetapi yang diberlakukan pada dasarnya sama saja, hasilnya tetap, yang kuat tambah kuat, yang miskin tambah miskin.

Bukti lain sebagai contoh pemberlakuan sistem liberalis, kapitalis yang berujung kepada pengerukan keuntungan materi semata, terjadi pada sistem pendidikan, nama-nama sekolah yang qurani dan injili sepeti TK Al-Mubarokah , Al-Azhar atau TK Kasih Bunda, St Carolus dan sebagainya, tetapi memasang tarif, yang tidak membuat berkah dan tidak dilandasi adanya kasih. Pengadaan buku pelajaran, sistem kesehatan, dijadikan sumber ladang bisnis, si kuat dengan menghalalkan berbagai cara, yang kembali menjadi beban si lemah.
Bagi seseorang yang bergelar 'Orang yang berfikir' yang tentunya hal-hal tersebut menjadi bacaan pada awalnya, kemudian menjadi suatu kesadaran yang ditindaklanjuti dengan gerak koreksi , yang harus dilandasi sebuah komitmen (Perjanjian Suci) untuk melakukan koreksi terhadap tatanan kehidupan tersebut.
Dengan mengikuti cara yang pernah dicontohkan oleh “Orang-orang Yang Berfikir” jaman dulu yang telah berhasil melakukan koreksi tersebut, seperti kisah para nabi dan rasul, yang dikisahkan didalam kitab-kitab Allah.
'Orang-orang yang berfikir' ini merupakan pilihan Sang Pencipta yang geraknya tidak keluar dari Standar Operation Procedure yang sudah ditetapkan-Nya, untuk menyeimbangkan kembali tatanan kehidupan yang tidak seimbang ini.
Kenyataan situasi kehidupan di muka bumi yang dianalisanya, pasti akan menyimpulkan bahwa periode kehidupan pada masa ini perlu sekali banyak koreksi, dan ini tentunya memerlukan suatu kesungguhan dengan komitmen (Perjanjian) yang teguh dengan pengorbanan yang bukan kepalang tanggung baik dari segi pengorbanan harta, tenaga, fikiran bahkan jiwa.

Demikianlah maksud dari kisah Rasul Allah Muhammad yang diceritakan mengigil setelah diperintahkan membaca oleh malaikat Jibril. Muhammad yang saat itu dipilih oleh Sang Pencipta diberi kemampuan untuk membaca kondisi hidup dan kehidupan manusia di muka bumi, jadi yang dibacanya bukan sebatas situasi kondisi kehidupan di Mekah, tetapi juga membaca kondisi dunia yang saat itu dikuasai oleh dua kekuasaan yaitu Romawi (barat) dan Persia (timur).
Beliau menjadi pelopor sebagai pengkoreksi tatanan kehidupan yang keliru, sistem kekuasaan materilalis yang akan bermuara kepada kehidupan jahanam, yang berbuah penjajahan, penindasan, ketidakadilan, ketamakan, bahkan lebih sesat dari kehidupan binatang.

Sama seperti pengulangan kisah Rasul Musa, Rasul Muhammadpun setelah mampu membaca kondisi kehidupan saat itu, dimulai dari satu orang dirinya, kemudian menularkan kesadaran Ilahiyah nya kepada istri, keponakan, sahabat-sahabatnya, sampai terbentuk suatu komunitas jamaah yang berkesadaran yang sama, hanya mau hidup didasari dengan “Undang-Undang Allah”, sehingga hasil akhir sesuai dengan janji Sang Sutradara, Yerusalem yang dulu diwariskan Allah kepada Rasul Musa diberikan kembali kepada Rasul Muhammad dengan sebutan yang berbeda yaitu Darusalam, Madinatul Munawaroh (sebagi Terang Dunia).

Begitu juga Ibrahim yang menjadi bapak bangsa-bangsa (Abraham), karena dari keturunannya baik dari Ismail dan ishak yang terus secara estafet memegang teguh komitmen (Perjanjian) sebagai “Orang-orang Yang Berfikir” untuk berjuang sungguh-sungguh dengan pengorbanan harta dan jiwa, sehingga terwujud tatanan kehidupan yang diberkati Sang Pencipta Alam Semesta.
Dari perjalanan Ibrahim(Abraham) sampai Musa (Moses) dilanjutkan oleh Joshua dan Kaleb terkoreksilah tatanan kehidupan di muka bumi saat itu dari sistem hidup yang penuh dengan kutuk berubah menjadi sistem hidup yang dipenuhi berkah.
Saat itu yang menjadi pusat Bait Allahnya adalah Yerusalem, sebagai pusat penataan sistem kehidupan dunia, yang mana semua sumber daya alam dan manusianya diolah dan ditata untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sudah pasti markas PBBnya saat itu di Yerusalem, diundang semua bangsa-bangsa untuk berdialog tentang menuju kehidupan yang diberkati, penggunaan sumber daya manusia dan alamnya murni untuk kesejahteraan, dikesampingkan aspek kepentingan pribadi dan golongan.

Bisa jadi saat itu tidak ada yang namanya jual beli barang tambang, hasil hutan, pertanian, hasil laut, dan lain sebagainya, karena semuanya dikelola oleh suatu sistem yang memungkinkan sumber alam itu terdistrbusi dengan adil keseluruh belahan bumi. Tidak seperti sekarang, perlu kertas harus beli, perlu kain harus beli, perlu solar harus beli, perlu baja harus beli. Semuanya hari ini harus beli.
Sudah menjadi ketetapan Sang pencipta, kecintaan manusia terhadap keindahan nilai-nilai materi yang tidak dibatasi dengan nilai-nilai Ilahiyah akan merusak pola pikir manusia yang tadinya berpola pikir sebagai “Orang Yang Berfikir” berubah menjadi manusia yang berpola pikir binatang bahkan lebih rendah lagi.
Yerusalem sebagai Bait Allah pun pernah runtuh, tatanan yang penuh berkahpun berganti kembali dengan tatanan kehidupan terkutuk, penjajahan, penindasan, ketidakadilan kembali hidup di muka bumi ini.

Pergantian siang dan malam yang berlaku pada kehidupan di bumi ini, yang pasti harus dilalui dikarenakan kerja rutin bumi yang mengelilingi matahari sebagai wujud ketaatannya kepada sistem Ilahi pada alam semesta ini, tidak pernah berhenti dari jaman Adam sampai jaman akhir nanti.
Konsep merubah tatanan kehidupan dari gelap ke terangpun tidak pernah berubah harus diawali oleh sebuah Komitmen (Perjanjian) dari “Orang-orang Yang Berfikir, ada Tanah Perjanjian yang dijanjikan kepada Rasul Ibrahim (Abraham), ada Perjanjian Lama di jaman Rasul Musa (Moses-Ten Commandemen), ada Perjanjian Baru di masa Rasul Isa (Yesus), ada dua kalimat syahadat di jaman Rasul Muhammad. Semua perjanjian itu sebagai pengikat “Orang-orang Yang Berfikir” menyatukan visi dan misi, yang didasari motivasi murni untuk memperbaiki tatanan kehidupan yang merusak, dengan pengorbanan harta dan jiwa mereka.
Hasil pemikiran dari “Orang-orang Yang Berfikir”, bahwa kondisi kehidupan masa sekarang ini, adalah kehidupan yang berpecah belah di dalam menjalankan sistem hidupnya. Sistem hidup yang seharusnya diberlakukan di muka bumi ini hanya satu yaitu sistem hidup ketaatan kepada Sang Pencipta.

Kekuasaan yang berlaku pada masa ini adalah kekuasaan bangsa-bangsa bukan kekuasaan Ilahiyah. Kekuasaan Ilahiyah mewajibkan penggunaan sumber daya alam untuk kesejateraan dunia bukan untuk golongan. Kekuasaan Ilahiyah tidak mengenal harta pribadi semuanya berkesadaran milik Sang Pencipta ,apa-apa yang di langit dan di bumi kepunyaan-Nya, seluruh harta tercatat oleh penguasa yang menjalankan system Ilahiyah, sebagai kontrol batas kekayaan.

Kekuasaan Ilahiyah bertanggungjawab dalam kesejahteraan umat di segala bidang, pendidikan, kesehatan, perumahan, kebutuhan pokok, transportasi, yang semuanya dihasilkan dari proses pemanfaatan sumber daya alam dengan memaksimalkan kerja sumber daya manusiannya, dari sector pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, kehutanan, industri bahan tambangnya semua dikelola oleh manusia-manusia yang pola pikirnya tidak lagi didasari mencari keuntungan materi, jadi pengelolaannya tidak diserahkan kepada perusahaan-perusahaan sejenis PT.

Peningkatan kualitas sumber daya manusianya juga dikelola langsung oleh ahli-ahli yang berkesadaran pengabdian. Tidak perlu diberi imbalan gaji karena semua keperluannya sudah dapat dipenuhi, sekolah tersedia gratis, kesehatan tersedia gratis, perumahan ditata dan disediakan bagi umat gratis, tranportasi disediakan gratis, kebutuhan pokok tersedia terjamin. Akan menjadi pertanyaan bagaimana mungkin bisa gratis semua? Bagaimana biaya perawatan gedung sekolahnya?Bagaimana gaji gurunya? Kalau guru tidak digaji bagaimana para guru untuk membeli berasnya? Bagaimana perawatan kendaraan dan alat-alat lainnya? Dari mana uangnya?
Kalau sistem untuk menata hidup dan kehidupannya masih seperti yang sekarang ini, yaitu sistem kekuasaan materialis, sistem kekuasaan bangsa-bangsa, pasti permasalahan itu akan muncul.

Di dalam kitab-Nya Sang Pengatur Alam Semesta berfirman, bahwa sesungguhnya Dia telah membeli harta dan jiwa orang-orang yang beriman ( yaitu “Orang-orang berfikir yang berkomitmen”) dengan kehidupan surga yaitu suatu kehidupan di dunia yang dipenuhi dengan limpahan berkah.
“Orang-orang Yang Berfikir ini harus menjadi perwujudan kekuasaan Allah, menjadi bukti Maha Adil Nya Allah, Rahman dan Rahimnya Allah. 'Orang-orang yang berfikir' ini sudah pasti harus bergerak kerja dengan motivasi bukan materi.
Kalau dia jadi pemimpin dia akan pegang amanah untuk mencapai kehidupan yang penuh berkah, menjadi rahmat bagi seluruh alam. Bukan untuk jabatan, dengan standar penggajian yang tinggi, dan segala fasilitasnya seperti rumah dinas yang besar, mobil dinas mewah, sekali lagi bukan itu dasar gerak dari 'Orang-orang yang berfikir' menurut definisi Ilahiyah.
Kalau dia menjadi yang dipimpin, dia akan mengikuti, melaksanakan ketetapan yang diberikan kepadanya, dijadikan tukang sapu pembersih jalanan umumpun siap, karena yang dipandang bukan jabatan atau gelar. Tidak seperti hari ini, yang menjadi kemulyaan adalah jabatannya, presidennya, jenderalnya, profesornya , dokter dan insinyurnya, bukan ketaatan kepada tugas amanah yang diembankannya.

Siapa yang menjaga dari penyimpangan dalam pelaksanaan tugas yang diberikan, itulah yang mulya di dalam sistem Ilahiyah. Jadi pola pikir “Orang-orang Yang Berfikir” dia tidak terbebani dengan jabatannya sebagai tukang sapu, tetapi bagaimana dia menjaga tugas amanah itu terlaksana, sebagai wujud pengabdiannya kepada Sang Pencipta Pengatur Alam Semesta, melalui sistem yang benar-benar memberlakukan, dimuka bumi ini kehendak Allah, Sang Pencipta, Pengatur Alam Semesta.

Sudah adakah yang memulainya, sudah adakah yang dipilih Sang Tuan Alam Semesta, seseorang yang dapat membaca kondisi kehidupan ini, yang akan dijadikan pelopor gerak penyeimbang dari tatanan hidup dan kehidupan saat ini, seperti Rasul Ibrahim (Abraham), Rasul Musa (Moses), Rasul Isa (Yesus) dan Rasul Muhammad, sebagai cikal bakal penanam pohon-pohon yang baik, yang akan menjadi kebun yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Setiap pohon itu menghujam akarnya, menjulang batangnya ke langit, berbuah setiap musim.
Sudah menjadi kepastian hukum kehidupan, bahwa yang bathil pasti lenyap. Tapi lenyapnya bukan dengan sulap atau sihir, tetapi dengan “Standar Operasion Procedure” Sang Sutradara, yang dijadikan skenario perjalanan bagi 'Orang-orang yang berfikir' sebagai pelaku pelenyap kebathilan di muka bumi ini.
Apakah anda akan mendukung. apabila ada seseorang yang menyatakan dirinya, sanggup mengemban tugas sebagai pelopor gerak penyeimbang, penegak kebenaran, dan keadilan yang akan berjuang dengan harta dan jiwanya, untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang diberkati Allah. Atau anda akan tetap bertahan dengan cara hidup warisan nenekmoyang, bapak-bapak pendahulu kita yang tidak didasari Nur Cahaya Ilahi, yang hasilnya terbukti hari demi hari semakin terpuruk, dan pasti akan semakin terpuruk.


Salam